Mengenal Nama Allah Al-Ghafuur
Semakin dalam seorang hamba mengenal Rabb-nya, maka semakin dia mencintai-Nya, semakin takut ia bermaksiat, dan semakin besar harapannya kepada rahmat-Nya. Salah satu dari nama-Nya yang paling agung adalah Al-Ghafuur —Yang Maha Pengampun— nama yang sering diulang dalam Al-Qur’an sebagai pintu harapan dan jalan kembali bagi siapa pun yang ingin bertobat dan memperbaiki diri.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas tiga hal utama: dalil-dalil dari Al-Qur’an yang menyebut nama Al-Ghafuur, penjelasan kandungan maknanya menurut para ulama, serta konsekuensi penting yang berkaitan dengan setiap hamba. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Dalil nama Allah “Al-Ghafuur”
Allah menamai diri-Nya dengan “Al-Ghafuur” dalam sembilan puluh satu ayat. Di antaranya:
- Firman Allah Ta’ala,
أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Al-Ghafuur (Yang Maha Pengampun) lagi Ar-Rahiim (Maha Penyayang).” (QS. Asy-Syūrā: 5)
- Dan firman-Nya,
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ
“Dan Dia-lah Al-Ghafuur Al-Waduud (Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih).” (QS. Al-Burūj: 14) [1]
Dari penyebutan sebanyak sembilan puluh satu kali tersebut, tujuh puluh dua di antaranya digandengkan dengan nama Ar-Raḥiim, dalam enam ayat bersama Al-Ḥaliim, dalam tiga ayat bersama Asy-Syakuur, dalam dua ayat bersama Al-‘Aziiz, dan dalam satu ayat bersama Al-Waduud. [2]
Kandungan makna nama Allah “Al-Ghafuur”
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Ghafuur” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Al-Ghafuur”
Kata al-Ghafuur merupakan ṣifah musyabbahah (kata sifat yang menunjukkan sifat yang menetap) dari kata kerja (غَفَرَ يغفِر) ghafara – yaghfiru. [3] Asal kata dari kata tersebut adalah al-ghafr (الغفر) yang berarti “penutupan”.
Ibnu Fāris dalam Maqāyīs al-Lughah menyatakan,
الْغَيْنُ وَالْفَاءُ وَالرَّاءُ عُظْمُ بَابِهِ السَّتْرُ، ثُمَّ يَشِذُّ عَنْهُ مَا يُذْكَرُ. فَالْغَفْرُ: السَّتْرُ. وَالْغُفْرَانُ وَالْغَفْرُ بِمَعْنًى. يُقَالُ: غَفَرَ اللَّهُ ذَنْبَهُ غَفْرًا وَمَغْفِرَةً وَغُفْرَانًا.
“Akar kata ghain–fā’–rā’ (الْغَيْنُ وَالْفَاءُ وَالرَّاءُ) secara umum menunjukkan makna penutupan (as-satr), dan semua turunannya berpangkal pada makna ini. Maka al-ghafr adalah penutupan, begitu juga al-ghufrān dan al-maghfirah. Dikatakan, ‘Ghafarallāhu dzanbahu’ – Allah menutupi dosanya dengan ampunan.” [4]
Makna “Al-Ghafuur” dalam konteks Allah
Az-Zajjāj berkata,
وَمعنى الغفر فِي الله سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يستر ذنُوب عباده ويغطيهم بستره
“Makna al-ghafr (ampunan) dalam konteks Allah Subḥānahu adalah bahwa Dia menutupi dosa-dosa hamba-Nya dan melindungi mereka dengan tutupan-Nya.” [5]
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, ketika menafsirkan nama Al-Ghafuur,
أَيْ: يَغْفِرُ ذَنْبَ مَنْ تَابَ إِلَيْهِ وخَضَع لَدَيْهِ، وَلَوْ كَانَ الذَّنْبُ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ كَانَ
“Maksud al-Ghafuur: Dia mengampuni dosa siapa saja yang bertobat kepada-Nya dan tunduk di hadapan-Nya, walaupun dosanya berasal dari hal apa pun.” [6]
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si‘di rahimahullah berkata,
“العفو، الغفور، الغفار” الذي لم يزل، ولا يزال بالعفو معروفا، وبالغفران والصفح عن عباده موصوفا، كل أحد مضطر إلى عفوه ومغفرته، كما هو مضطر إلى رحمته وكرمه، وقد وعد بالمغفرة والعفو لمن أتى بأسبابها، قال تعالى: {وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى}
“al-‘Afuww, al-Ghafuur, al-Ghaffaar adalah (tiga) nama Allah yang menunjukkan bahwa Dia selalu dikenal dengan sifat memberi maaf, dan selalu disifati dengan ampunan dan pemaafan terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap orang sangat membutuhkan ampunan dan maaf-Nya, sebagaimana mereka sangat membutuhkan rahmat dan karunia-Nya. Dan Dia telah berjanji akan memberi ampunan dan maaf bagi siapa saja yang memenuhi sebab-sebabnya. Sebagaimana firman-Nya (yang artinya), ‘Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi siapa yang bertobat, beriman, beramal saleh, lalu tetap berada di jalan yang benar.’ (QS. Ṭāhā: 82)” [7]
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Ar-Raqiib”
Perbedaan antara al-Ghafuur dan al-Ghaffaar
Memahami perbedaan kedua kata ini penting, karena keduanya merupakan nama dari nama-nama Allah yang paling baik, dan menunjukkan makna yang berbeda. Syekh Mubarak al-Musai’id hafidzahullah mengatakan,
- al-Ghafuur adalah Yang mengampuni dosa, betapapun besar dan beratnya.
- al-Ghaffaar adalah Yang mengampuni dosa, betapapun banyak dan berulangnya.
Jadi, al-Ghafuur berkaitan dengan dosa-dosa yang besar dan berat; sedangkan al-Ghaffaar berkaitan dengan kuantitas dan banyaknya dosa serta kesalahan. [8] Wallaahu a’lam.
Konsekuensi dari nama Allah “Al-Ghafuur” bagi hamba
Penetapan nama “Al-Ghafuur” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:
Beriman bahwa Al-Ghafuur adalah salah satu dari Asmaul Husna
Telah berlalu penyebutan bahwasanya Allah menyebutkan sebanyak sembilan puluh satu kali nama tersebut dalam Al-Qur’an. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā telah menyifati Diri-Nya sebagai Ghafuur (Maha Pengampun) atas dosa, kesalahan, dan kejahatan, baik yang kecil maupun besar—bahkan dosa syirik sekalipun. Jika pelakunya bertobat dan memohon ampun kepada Rabb-nya, maka Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni dosanya. Allah berfirman,
قُلْ يَعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Sebesar apapun dosa seorang hamba, ampunan dan rahmat Allah lebih besar daripada dosa-dosa tersebut. Allah berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَة
“Sesungguhnya Rabbmu Mahaluas ampunan-Nya.” (QS. An-Najm: 32) [9]
Mengubah keadaan dari melakukan dosa dan keburukan menjadi mengerjakan kebaikan dan amal saleh
Meskipun Allah adalah Al-Ghafuur, namun tidak boleh bagi seorang muslim untuk berlebihan dalam melakukan maksiat, dosa, dan keburukan, dengan dalih bahwa Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ampunan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertobat dan kembali kepada Allah. Allah berfirman,
إِن تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا
“Jika kalian menjadi orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang kembali (bertobat).” (QS. Al-Isra: 25)
Dan Allah berfirman pula,
إِلَّا مَن ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Kecuali orang yang zalim, kemudian mengganti keburukan dengan kebaikan, maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 11)
Ayat ini menunjukkan syarat agar ampunan dan rahmat Allah dapat diraih, yaitu mengubah keadaan dari melakukan dosa dan keburukan menjadi mengerjakan kebaikan dan amal saleh. [10]
Kesungguhan dalam Istighfar sebesar apapun dosa yang telah diperbuat
Hendaknya seorang hamba memperbanyak istigfar (memohon ampun) dalam segala keadaan. Jangan pernah merasa bahwa dosanya terlalu besar untuk diampuni. Bahkan jika dosa itu terus berulang, ia tetap harus terus bertobat dan memperbanyak istigfar. Sebab, Allah adalah Ghafuur dan Ghaffaar. Namun, agar istigfarnya benar-benar tulus, hendaknya ia memohon ampun kepada Rabb-nya dengan penuh kejujuran dan keinginan yang kuat. [11]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa bertobat dan tidak pernah lelah memohon ampunan. Jangan pernah berputus asa, karena ampunan-Nya lebih luas dari dosa-dosa kita. Aamiin.
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Qaahir” dan “Al-Qahhaar”
***
Rumdin PPIA Sragen, 3 Rabiul awal 1447
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel Muslim.or.id
Referensi utama:
An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.
Al-Musai’id, Mubarak Abdullah. At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna li Ibni ‘Utsaimin wa Mukhtashariha. Cetakan Pertama. Dammam: Dar Ibn al-Jauzi, 1444 H.
Catatan kaki:
[1] An-Nahjul al-Asma, hal. 124.
[2] At-Ta‘liq al-Asnā, hal. 121.
[3] Al-Bayan fi Tasrif Mufradat al-Qur’an ‘ala Hamisy al-Mushaf al-Sharif, hal. 483.
[4] Maqāyīs al-Lughah, hal. 696. Lihat juga al-Mishbāḥ al-Munīr, hal. 454.
[5] Tafsīr Asmā’ Allāh al-Ḥusnā, hal. 38.
[6] Tafsir Ibnu Katsir, 8: 372.
[7] Taysīr al-Karīm ar-Raḥmān, hal. 946.
[8] At-Ta‘līq al-Asnā, hal. 122.
[9] An-Nahjul Asmaa, hal. 126.
[10] Ibid, hal. 126-127.
[11] At-Ta‘liq al-Asna, hal 123–124.
Artikel asli: https://muslim.or.id/108799-mengenal-nama-allah-al-ghafuur.html